Menu

Senin, 19 Februari 2018

Teknologi pangan

Teknologi pangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut.[1] Dalam teknologi pangan, dipelajari sifat fisismikrobiologis, dan kimia dari bahan pangan dan proses yang mengolah bahan pangan tersebut. Spesialisasinya beragam, di antaranya pemrosesan, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, dan sebagainya.

Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal.
Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan.[2]

Manfaat teknologi pangan[sunting | sunting sumber]

Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia. Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.[3]

Pengembangan di bidang teknologi pangan[sunting | sunting sumber]

Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
  • Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
  • Dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafeina pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafeina dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafeina dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafeina di bawah kondisi super kritis.

Program studi teknologi pangan[sunting | sunting sumber]

Perguruan tinggiFakultasProgram Studi
Institut Pertanian BogorTeknologi PertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas Gadjah MadaTeknologi PertanianTeknologi Pangan dan Hasil Pertanian
Universitas Bina NusantaraTeknikTeknologi Pangan
Universitas PasundanTeknikTeknologi Pangan
Universitas BrawijayaTeknologi PertanianTeknologi Pangan
Universitas UdayanaTeknologi PertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas PadjajaranTeknologi Industri PertanianTeknologi Pangan
Universitas Mercu Buana YogyakartaAgroindustriTeknologi Pangan
Universitas BakrieTeknologi dan Ilmu KomputerIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas Pendidikan IndonesiaPendidikan Teknologi dan KejuruanPendidikan Teknologi Agroindustri
Universitas HasanuddinPertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas Jenderal SoedirmanPertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas Pelita HarapanSains dan TeknologiTeknologi Pangan
Universitas Pembangunan Nasional VeteranTeknologi IndustriTeknologi Pangan
Universitas Muhammadiyah MalangPertanian PeternakanIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas Kristen Satya WacanaFakultas Ilmu KesehatanTeknologi Pangan
Universitas DiponegoroPeternakan dan PertanianTeknologi Pangan
Universitas Sumatera UtaraPertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas SuryaFakultas Ilmu HayatiNutrisi dan Teknologi Pangan
Universitas Halu OleoFakultas Teknologi dan Industri PertanianTeknologi Pangan
Universitas Dr. Soetomo SurabayaFakultas PertanianTeknologi Pangan & Gizi
Universitas Katolik Widya Mandala SurabayaFakultas Teknologi PertanianTeknologi Pangan
Universitas Sebelas MaretFakultas PertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas Sahid JakartaFakultas Teknologi Industri PertanianTeknologi Pangan
Universitas TanjungpuraPertanianIlmu dan Teknologi Pangan
Universitas CiputraHospitalityInternational Food Technology
Di Indonesia, Institut Pertanian Bogor menjadi pionir studi teknologi pangan dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.[4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar